Cerita Ngesex
Muncratlah spermaku sampai 4–5 kali, dan wah.., badanku lemas, dan aku tertidur dengan bugil, dan sperma dimana-mana (di dada, paha, karpet, tangan dan bantal).
“Mas.., full..” kataku sambil melepas helm dan duduk di kursi yang disiapkan.
“Oh.. ya..,”
Tidak lama cowok itu mengambil map warna merah yang di dalamnya berisi pilihan gambar CD BF dengan nomor pemesanan.
Tiba-tiba si cowok bilang, “Yang mana Mas..?”
Aku menjadi kaget, terganggu perhatianku terhadap susu montok itu, “Oh.., Ya.. ini nomer 27, Mas..”
“O.., Rin.. nomer 27..”
Segera si cewek itu berdiri dan berbalik mencari CD BF no. 27.
“Oh.. tidak ada, kelurar..” kata Rina sambil kembali duduk.
Terus aku tidak malu-malu pindah duduk ke dekat Rina biar jelas nomor berapa yang mau kupinjam.
“Sebentar saya cariin..”
Rina lalu berdiri lagi dan membelakangiku. Dia mencari dari atas sampai bawah, setelah lama mengurut, dia menemukan nomor 13 tersebut.
“Ah.. ini Mas ada kok..”
“Oh ya..,”
Aku lalu memeriksa CD itu, kucuri pandang ke susu yang montok itu. Memang kalau makin dekat makin jelas tonjolan susu rina ini, putingnya nampak tonjolannya di tengah-tengah gundukan payudaranya. Rina mengerti gelagatku yang terus mengamati susunya itu.
“O.. ini Mbak.., nomer 40,” aku kaget sekali tiba-tiba diperingatkan seperti itu.
Aku sengaja memesan nomor yang baling bawah, sehingga Rina nanti bisa menunging membelakangiku. Rina berdiri, dan ternyata dia langsung mencari dari deret yang paling tengah, otomatis dia sedikit menungging. Wow.., ini baru pemandangan yang tidak kalah serunya deh.. Pantat dan belahan pantat Rina benar-benar asli dan oke sekali, kelihatan di selakangannya agak menjorok ke dalam gundukan tempat vaginanya singgah. Wah.. penisku tidak sadar sudah setengan tegak pengaruh dari pantat montok Rina itu.
“Oh.. ya.. Mbak sekalian 45, 50, 49 deh…”
Biar dia agak lama menungging, dan aku dapat menikmati belahan pantat Rina yang montok itu, dan sekilas gundukkan vagina yang tertutup celana ketat Rina.
“Ini Mas.., 45, 50, 49 ada lagi.”
“Udah cukup Mbak..”
Aku periksa, mungkin CD-nya tergores atau tidak.
“Ya.. lumayan sih.., Kalo nggak semingggu sekali baru kemari..”
“Emmhmm.. rutin ya.. suka nonton BF ya.. Mas..?”
“Ya.., kalo lagi perlu nganggur aja, lagi bete nih..!”
“Kok bete.. kenapa..?”
Aku mulai akrab dengan Rina, dan kalau ngomong sudah tidak nanggung-nanggung lagi, aku yakin dia sudah mengerti masalah sex.
“Ha.. ha.. ya.. keluarin aja..!” kata cowok yang ada di sebelah Rina, ternyata cowok itu mendengar percakapanku dengan Rina.
“Lah.. ya.., makannya aku pinjem BF ini, alat perangsang..”
“Mas, kembaliin CD nih..!”
“I.. ya. Se.. bentar ya.., tang.. gung..” sambil nafas yang terengah-engah.
Aku curiga cowok ini kenapa, dia duduk dan kedua tangannya menggenggam kursi dengan erat dan dia kok melihat ke bawah terus.
“Ya.., tung.. gu ya.. Mas.. Ah.. ye.. ter.. us..” tidak lama cowok itu mengejang, dan, “Aku.. ke.. luar.., ah.. ah.. ah..”
“Halo Mas.., kembaliin CD ya..?” Rina menyapa dengan santainya.
“E.. i.. ya.”
Rina lalu menuju ke kamar mandi yang letaknya di belakang rental X ini. Rina masih berpakaian lengkap, oo.. ternyata dia baru mengkaraoke batang kemaluan cowok ini.
“Iya.. ini CD-nya.”
“Oh.., sebentar ya, Mas..”
Cowok ini memeriksa CD apa ada yang tergores atau tidak.
“Mas maaf ya.., mau tanya.”
“Ya.., kenapa..?”
“Tadi itu…” sebelum aku selesai ngomong, “Oh.., tadi itu Rina minta oral sama kontol ini, biasa kok Mas, disini nyantai aja.”
“O.., jadi siapa saja bisa ya..?”
“Bisa aja, kalo sekedar oral, kocok kontol, emut kontol dan elus-elus aja.”
“Kalo.., sorry ya Mas.., kalo nge-sex sungguhan gimana..?”
“Ya, tanya aja ama Rina, temennya banyak kok. Dia seneng banget kalo nge-sex. Ya..
“Jadi kalo onani disini bisa ya..?”"Kalo itu sih para pelanggan BF sering Mas. Si Rina tuh yang sering ngocokin kontol cowok. Ya.., kalo Rina nggak capek aja dan lagi ‘MUT’.”
Dan tidak lama kemudian Rina kembali dari kamar mandi, kelihatannya dia baru keramas rambutnya, maklum terkena muncratan sperma cowok penjaga rental.
“Halo Mas. Pinjem BF lagi..?”
“Oh.., nggak kok.”
“Rin.., ini Mas mo kenalan ama kamu lebih dalam..” kata cowok rental X itu.
Aku kaget sekali cowok itu bilang seperti itu, “Ya Mbak.., boleh nggak..?”
“Itu Rin.., Mas ini mo kocokan binal kamu, kamu mau nggak..?”
“Bisa..” kata Rina sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
“Ya.. udah
Wah.., ini waktunya menguji perkasaanku, sudah lama penisku tidak ketemu sama sahabat karib si vagina.
“Aku Ari, kamu pasti Rina to..?”
“Kok tau..?”
“Ya.. tau dong..,”
Tidak lama kemudian Rina mendekatiku, dan duduk di sampingku, dan tidak segan-segan lagi tangan kanan Rina memegang batang kemaluanku yang masih terbungkus celana pantangku, dielus-elus dan kadang-kadang diremas-remas.
“Ari suka sex ya..?”
“Ya. Ah.., kamu pinter deh nge-sex..!”
“Ah.., kata siapa..?” sambil tetap mengocok-ngocok kemaluanku, dan aku masih pasif merasakan gesekan tangan Rina.
“Ya, ah.., hemmm.., kata Mas di bawah tadi.”
“Ooo, Mas Ucok toh..,”
Sekarang Rina duduk di hadapanku, dan menjongkok sambil tangannya tetap mengocok habis batang kejantananku yang sudah setengah tegang itu.
“Ar.., udah dibuka ya..? Biar kontol kamu nggak tersiksa ama CD kamu, biar ngacengnya sempurna.”
“Ya.., udah.. buka aja..”
Rina pelan-pelan membuka celanaku dari sabuk sampai membuka resleting-nya, setelah celanaku terbuka, aku sedikit mengangkat pantatku untuk memudahkan Rina melepas celana, dan sekarang aku tinggal menggunakan CD biru-ku, dan pakaianku masih terpakai. Lemparkan celanaku di kursi dan Rina mulai duduk kembali di selakanganku, dan aku masih dalam keadaan duduk di pinggir ranjang rental X.
“Hemmm.., ah… kontol kamu kelihatanya besar juga Ar..,” puji Rina sambil mengelus-elus naik turun penisku yang masih terbungkus CD.
“Ah.. ya.. hem.. oughg.. ye..” erangan yang tidak dapat kutahan lagi, ditambah erangan dari CD BF yang dinyalakan oleh Rina tadi menambah hot suasana di kamar rental X.
“Wow.., Ar… kontolmu lumayan juga nih..” sambil tetap mengocok naik turun kejantananku, “Kamu rawat ya..? Kok tegaknya sempurna banget sih..? Keras lagi..,”
“Ah.., te.. rus.. rin.. don.. stop..!”
Rina mulai mengocok keras, cepat, dan tiba-tiba pelan, keras lagi, pelan lagi. Wah.. ini membuat aku menjadi kelabakan, ternyata Rina ahli juga membuat cowok melayang, hampir saja aku keluar tapi aku tetap bertahan.
“Ah.. ya.. te.. rus.. Rin.. kamu.. ahli deh..!”
Sekarang Rina mulai dengan mulutnya, perlahan-lahan dimasukkan penisku ke mulut binalnya.
Saat masuk mulutnya, “Ah.., hemmm.. ye.. ah…”
Aku sedikit mengangkat pantatku, terasa dingin geli dan enak sekali, lain dengan onani.
“Ha.., ough.., ehmm.., ye.. te.. rus..” kupegangi rambutnya, aku tarik turunkan kepalanya untuk mengatur kocokan mulutnya di penisku.
“Ehhmm.., Eh.. em..,” suara mulut Rina yang penuh dengan batangku.
Tidak lama dia menarik nafas, dan mengeluarkan penisku dari mulutnya.
“Ah.., hemm.., kamu kuat sekali Ar.. Biasanya cowok-cowok kalo dioral dikit udah keluar..”
Lalu dia melanjutkan dengan menyedot telurku, dan dilepaskan sampai bersuara, “Ploks.. ploks…”
Tarian lidah Rina di ujung kepala penisku dan sampai anusku juga tidak ketinggalan dari nafsu seksnya itu. Dan setelah beberapa menit lamanya aku bertahan dari tarian lidah Rina di penisku, aku mulai merasa tidak kuat menahan spermaku yang mau keluar.
“Ah., Rin.., aku.. mo.. ah.. ye.. keluaarrr..!”
Dan Rina mulai memasukkan semua penisku di mulutnya, dan dikocoknya dengan cepat dan keras.
Tidak lama kemudian, “Ahh.. crrooot… crroottt.. ah.. ye.. yes..!”
Rina menutup mulutnya rapat-rapat supaya spermanya tidak keluar dari mulutnya. Dan selama 30 detik lamanya dia menekan mulutnya tetap di penisku, dan meyakinkanku tidak keluar lagi. Lalu dia melepaskan mulutnya dari penisku, dan menelan semua spermaku walaupun ada yang keluar sedikit dari mulutnya.
“Kamu lumayan juga Ar..! Bisa bertahan beberapa menit lamanya.”
“Ah.. biasa aja tuh..!”
“Kamu pake obat ya..? Irex kali..?”
“Ah.. nggak juga.”
“Udah.., kamu istirahat dulu. Aku mo bersihkan mulutku nih.. Eh, makasih spermanya lho.. gurih..!” katanya sambil terseyum.
Dia menuju kamar mandi yang ada di kamar itu. Ternyata dia sikat gigi, biar tidak bau kali.
“Lho.., kontol kamu kok nggak turun-turun sih..?”
“Ya.., itu lihat BF mana bisa turun, apalagi susu kamu yang montok itu menggoda kontolku.”
“Ah.., kamu bisa saja.” candanya sambil langsung tangan kanannya mengocok-ngocok pelan batangku yang sudah setengah tegak.
Perlahan-lahan dia menunduk dan mencium bibirku dengan bibir tebalnya itu. Aku langsung melumat habis bibirnya, permainan lidah Rina memang mahir, dan aku imbangi saja dengan permainan lidah yang tidak kalah mahirnya.
“Ah.., ye.. em.. enak.. Ar.. te.. rus.. ya.. itu.. ough..” tangan Rina tetap mengocok-ngocokku dan aku berusaha melepaskan kaos Rina dan dia langsung membantunya dengan melepaskan sendiri kaos ketatnya itu.
Nah.., sekarang terpampang susu Rina yang tertutup BH 36 itu.
“Buka aja..”
Rina lalu mengangkat kedua tangannya memudahkanku melepas kaitan BH yang ada di belakang, susu Rina yang montok itu terpampang bebas di depan wajahku, dan aku langsung saja melahap habis susu Rina yang besar sekali. Kusedot, kuremas dan pelintir putingnya.
“Ah.. ye.. oug.. hem.. te.. rus.. Ar..!” mulai tidak jelas ucapan Rina.
Kami mulai duduk berhadap-hadapan, dan selakangan Rina mulai dibuka lebar, dan aku duduk di antaranya, sehingga aku puas mempermainkan susu montok Rina.
“Ah.. ye.. ah.. aow.. yes.. no.. ough..”
Kepala Rina bergerak tidak karuan, ke kanan ke kiri. Kurebahkan Rina dan kududuk di perutnya, aku mengarahkan penisku di belahan susu Rina, dan kurapatkan susu Rina yang besar itu untuk menjepit penisku dan aku maju-mundurkan penisku.
“Ah.. Rin.. su.. su.. ah.. ye.. em.. puk enak..” aku mulai kocok susu Rina sampai susu Rina berwarna merah.
Ternyata Rina menikmati ini, dan aku tidak sabaran lagi ingin menikmati vagina cewek ini.
“Ah.. Ar.. ehmmm.. ouhghhh.. ah.. ye.. langsung aja Ar.., aku.. nggak.. tahan… oh.. ye..” sambil merem melek Rina menahan nafsunya.
Langsung aku mendekatkan wajahku di belahan pantat Rina, dan langsung melumat habis vagina Rina dalam posisi menungging.
Kunaik-turunkan lidahku di penjolan daging itu. Belahan vagina Rina lumayan tebal, dan merah warna dalan vaginanya dan becex sekali. Beberapa saat kemudian aku memasukkan dua jariku, yang satu kumasukkan di vagina Rina dan yang satu lagi kumasukkan di anusnya.
Pelan-pelan kumasukkan, “Hemmah.. pelan.. pelan.. Ar.. ya.. te.. rus di.. kit..lagi.. ough..” Rina mengangkat pantatnya sebagai reaksi jari masuk di vagina dan anusnya.
Pelan-pelan kukocok anus dan vagina Rina dengan jariku.
Aku mulai mempercepat kocokanku di kedua lubang kenikmatan Rina. Sementara itu aku tidak menyia-nyiakan susu yang menggelantung bebas. Dalam posisi nunggi ini aku dapat melihat dengan bebas gerakkan tubuh Rina yang bahenol dan montok. Kuremas dan pelintir putingnya.
“Ah.. Ar.. aku.. kee.. ke.. lu.. ar.. nggaa.. kuuu.. at..”
Aku merasa Rina mulai dalam kondisi orgasme yang memuncak, kupercepat kocokan tanganku di vagina dan anus Rina. Tidak lama kemudian Rina mengejang dan mengangkat badannya dengan gemetaran, dan terasa cairan hangat dari dalam vagina Rina.
“Serrr.. serrr…” lumayan banyak sampai keluar dari permukaan vagina Rina.
“Rin, orgasme kamu hebat banget deh..”
“Oh.. ah.. kocokan jari kamu hebat sekali, kamu belajar dimana sih..? Kok tau kelemahanku..?” sambil terus mengocok penisku.
“Ya.. nonton BF aja
“Ah.. kamu bisa aja.” katanya sambil menggantikan tanganku untuk mengocok batangku yang mau keluar lagi.
“Rin, boleh aku coba vagina kamu ini..?” sambil kuelus-elus vaginanya.
“Boleh..”
“Ehhmm.. ah.. ye.. Ar.. sekarang aja kontolmu masukin deh..!”
Lalu kupegang kedua paha Rina, lalu kuangkat ke atas, terlihat jelas vagina Rina yang sudah membuka lebar dan becek. Pelan-pelan kumasukkan batang kemaluanku ke vagina Rina.
Aku mulai memaju-mundurkan penisku dengan pelan-pelan.
“Oh.. ye.. shiit.. ah.. ye..” erangku.
Enak benar vagina Rina, dindingnya berdenyut-denyut. Aku mulai percepat kocokanku, dan semakin cepat.
“Ah.. Ar.. yes… oh.. no.. ough… hemm.. ya.. ya.. te.. rus.. Ar.. dalam..” kepala Rina yang tidak karuan ke kanan dan ke kiri.
Kuvariasi kocokanku dengan pelan-pelan, lalu tiba-tiba cepat sekali, pelan lagi cepat lagi dan seterusnya, biasanya kuputar pantatku agar penisku memutar di vagina Rina.
Sekitar 3 menit gerakan ini berlangsung, kubalikkan Rina dengan posisi menungging, dan kutancapkan lagi penisku di vagina Rina dari belakang. Dengan pegangan pinggul Rina yang semok itu aku langsung percepat.
“Oh.. ye.. Rin.. vaginamu oke..”
“Kontol kamu.. ouhg.. hemmm.., hebat.. Ar.. te.. rus.. da.. lam..!”
“Ta.. han.., nanggung nih! Ah.. ye.. hemm..!”
Terasa aku sudah sampai, kusuruh Rina untuk duduk di atasku, dan dia memegang penisku, dan dimasukkannya ke vaginanya.
“Ouh.. ya.. Rin.. kamu.. hebat..!”
“Ya.. Ar.., cepet ya..! Aku, keluar.. ah.. hemm..!”
Lalu rina mempercepat gerakannya dengan sangat liar, dia merangkulku dan menggerakkan pantatnya untuk mengocok batang kejantananku dengan cepat.
“Ki.. ta.. samaan.. aku.. keluar.. juga..”
Dalam hitungan tiga detik, “Crroot.., crroott.. ah.. ah.. ye..”
“Seerrr.., sreerrr..” kumuncratkan spermaku ke dalam rahim Rina, dan terasa sekali semburan cairan hangat Rina di kepala penisku.
Rina lemas di dadaku, dan kami tertidur di ranjang itu dengan bertelanjang ria.
“Mas Ari udah bangun ya..? Nggak mandi dulu Mas..?”
“Oh.., nggak Rin, makasih.”
“Nggak pinjem BF lagi..?”
“Ah.. tidak dulu. Lagi pembuangan besar-besaran tadi di atas.”
Rina tersenyum, lalu aku pulang ke kostku dan aku langsung mandi. Besok-besoknya aku ke rental X itu untuk kocokan penis saja sama Rina.
Seks: 15% Cinta, 10% Gairah. Sisanya?
Dikutip detikhot dari Examiner, Senin (23/3/2009), Meghan Krein pakar seks dan asmara menyatakan ada hal lain yang jadi alasan orang bercinta. Yaitu ego. Ego menyita 75% alasan orang untuk melakukan kegiatan bercinta.
Hal ini biasa terjadi pada pasangan yang kurang komunikasi. Biasanya stres dengan pekerjaan membawa pengaruh besar.
Mengapa disebut ego karena mereka yang kekurangan komunikasi akan lebih suka membuktikan perasaan terhadap pasangannya di atas ranjang. Mereka pun biasanya melakukan seks sebagai sebuah kewajiban bukan karena cinta ataupun benar-benar menginginkannya.
Nah betapa pentingnya komunikasi bukan? Jadi apa alasan Anda melakukan seks dengan pasangan?